Nutrition Consultation

Rabu, 16 Desember 2009

Mineral seng (Zn) dan Besi

Mineral seng (Zn) dan Besi

Mineral Seng (Zn) banyak terkandung dalam daging, telur, susu, dan seafood ini bekerja lebih baik jika dikonsumsi dengan vitamin b6. kekurangan seng dapat menyebabkan rasa apatis, gelisah, lemeh ingatan, dan lelah.
Zat besi merupakan salah satu mineral yang sangat penting karena berfungsi melakukan metabolisme vitamin B dalam tubuh. Mineral ini juga membantu mencegah rasa lelah dan meningkatkan daya tahan tubuh

Selengkapnya....

Apakah Anda Suka Pisang?

Bersyukurlah jika anda atau saudara anda menyukai buah yang satu ini. selain harganya yang relatif murah, buah pisang dapat dijumpai pada semua musim dan hampir semua tempat di Indonesia. Pisang kaya kalium, mineral ini sangat penting terutama jika anda suka asin.
Kekurangan Kalium dapat menyebabkan lelah, gangguan selera makan, dan tidak bergairah.

Tahukah Anda, buah pisang yang lezat rasannya itu ternyata menyimpan banyak sekali manfaat untuk kesehatan. Secara umum, kandungan gizi yang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44 RE, vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Jadi bisa Anda bayangkan kan betapa besar manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan mengonsumsi pisang setiap harinya, perhatikan hal-hal dibawah ini dan mulai jadikan pisang sebagai cemilan Anda sehari-hari!

Manfaat bagi Ibu Hamil
Pisang juga disarankan untuk dikonsumsi para wanita hamil karena mengandung asam folat yang mudah diserap janin melalui rahim. Tetapi atur konsumsi Anda karena dalam satu buah pisang mengandung sekitar 85-100 kalori yang terlalu besar untuk calon buah hati Anda.

Manfaat bagi Penyakit Usus dan Perut
Pisang yang dicampur dengan susu cair atau dimasukkan dalam segelas susu cair, dapat dihidangkan sebagai obat untuk penyakit usus. Selain itu, cara seperti ini juga direkomendasikan untuk pasien sakit perut dan cholik guna menetralkan keasaman lambung.

Manfaat bagi Luka Bakar
Tidak hanya buahnya saja yanag bermanfaat, tetapi daun pisang pun dapat digunakan untuk pengobatan kulit yang terbakar dengan cara dioles karena campuran abu daun pisang ditambah minyak kelapa mempunyai pengaruh yang dapat mendinginkan kulit dan menyembuhkan luka bakar.

Manfaat bagi Diabetes
Masyarakat Gorontalo di Sulawesi Utara menganggap jenis pisang goroho atau pisang khas daerah setempat, merupakan makanan tambahan atau pokok bagi orang yang menderita penyakit gula atau diabetes melitus. Caranya, buah pisang goroho yang belum matang dikukus kemudian dicampur dengan kelapa parut muda.

Masyarakat Gorontalo di Sulawesi Utara menganggap jenis pisang goroho atau pisang khas daerah setempat, merupakan makanan tambahan atau pokok bagi orang yang menderita penyakit gula atau diabetes melitus. Caranya, buah pisang goroho yang belum matang dikukus kemudian dicampur dengan kelapa parut muda.

Pisang dan Kecantikan
Jika Anda mulai merasa putus asa karena jerawat yang terus bermunculan dan sepertinya cara apapun tidak lagi bisa menolong, cobalah pengobatan alami dengan buah pisang. Bubur pisang dicampur dengan sedikit susu dan madu kemudian dioleskan pada wajah setiap hari secara teratur selama 30-40 menit dan basuh dengan air hangat kemudian bilas dengan air dingin atau es, diulang selama 2 minggu dapat membuat kulit Anda tampak bersih bersinar dan jauh dari jerawat.

Selengkapnya....

Perencanaan Pangan dan Gizi (Tinjauan Pustaka)

Gizi dan pembangunan ekonomi
Manfaat program gizi adalah penghematan biaya kesehatan dan pengobatan. Manfaat lainya adalah berkurangnya kehilangan produktifitas karena kelemahan buruh atau pekerja yang mengalami gizi kurang. Program – program gizi diasmping memberikan manfaat prokdutifitas secara langsung, memberikan pula keuntungan sebagai berikut (Suhardjo 1989):
a. Menunkan angka kesakitan penduduk
b. Meningkatkan pendapatan penduduk
c. Meningkatkan kesehatan dan kemampuan ibu-ibu dalam kegiatan ekonomi serta meningkatkan kualitasnya dalam memeluihara anak-anak
d. Meningkatan kemampuan sumber daya manusia pada umumya.
Faktor – Faktor yang Berpengaruh Pada Masalah Gizi
Menurut Suhardjo, 1989 masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya faktor yang berpengaruh juga saling berkaitan satu dengan faktor lain. Faktor – faktor tersebut dapat dekelompokan dalam 3 bidang yaitu : a .produksi pangan, b. distribusi pangan, c. pemanfaatan pangan.
Menurut Nugroho 2009 terdapat empat aspek yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu : aspek produksi dan ketersediaan, aspek distribusi, aspek konsumsi, dan aspek kemiskinan.
Permasalahan aspek produksi diawali dengan...

ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi pangan yang relatif lebih lambat dari pertumbuhan permintaannya. Permasalahan ini akan berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan. Ketersediaan bahan pangan bagi penduduk akan semakin terbatas akibat kesenjangan yang terjadi antara produksi dan permintaan (Nugroho 2009).

Permasalahan di dalam aspek distribusi adalah distribusi pangan dari daerah sentra produksi ke konsumen di suatu wilayah. Distribusi adalah suatu proses pengangkutan bahan pangan dari suatu tempat ke tempat lain, biasanya dari produsen ke konsumen (Nugroho 2009).
Permasalahan dari aspek konsumsi diawali dengan suatu keadaan dimana masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi terhadap bahan pangan beras (Nugroho 2009).
Aspek kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang dibawah rata-rata sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Tidak tercukupi pemenuhan kebutuhan masyarakat dikarenan daya beli masyarakat yang rendah juga akan mempengaruhi tidak terpenuhinya status gizi masyarakat. Tidak terpenuhinya status gizi masyarakat akan berdampak pada tingkat produktivitas masyarakat Indonesia yang rendah. Status gizi yang rendah juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan generasi muda suatu bangsa. Oleh karena itu daptlah kita lihat dari tahun ke tahun kemiskinan yang dikaitkan dengan tingkat perekonomian, daya beli, dan pendapatan masyarakat yang rendah sangat berpengaruh terhadap stabilitas ketahanan pangan di Indonesia (Nugroho 2009).
Faktor Pertanian
Masalah yang sering dihadapi tentang kekurangan pangan adalah kecendrungan para petani beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat yang bersamaan jumlah penduduk semakin meningkat. Dalam beberapa dasawarsa belakakangan ini lahan pertanian dunia telah berkembang, namun demikian kebanyakan dari lahan tersebut tergolong sulit untuk diusahakan tanpa adanya biaya produksi yang berarti. selain itu karena pertambahan penduduk yang sangat cepat, lahan pertanian manjadi lebih kecil. Guna menangani masalah produksi pertanian ini maka perlu beberapa hal pokok mendapatkan perhatian lebih yaitu mencakup (Suhardjo 1989):
a. Cara-cara budiadaya pertaniannyang lebih produktif
b. Perbaikan mutu lahan
c. Merubah pemanfaatan lahan untuk produksi pangan yang lebih menguntung kan
d. Menciptakan pola pertanaman yang lebih efisien dan produktif
e. Penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil pertaniann yang memadai
f. Maningkatkan perangsang berproduksi
g. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan peatni untuk berproduksi
Faktor Ekonomi
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sekitar dua pertiganya. Para perencana pembangunan ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi penduduknya pun akan meningkat. Oleh karena itu perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun sebagai sasaran pembangunan (Suhardjo 1989).
Faktor Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat intraksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya.
Dasar- Dasar Kebijakan Pangan dan Gizi
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk menigkatkan panagan dan gizi yang lebih baik antara lain (Suhardjo 1989):
a. Hasil produksi pertanian dan pembelian jenis bahan makanan (import) merupakan dasar yang menentukan tingkat penyedian pangan dan gizi
b. Variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi dan komposisi hasil produksi pertanian setempat. Konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh pertambahan penduduk sehingga memaksa adanya perluasan dan perbaikan system pemasaran pangan dan fasilitas-fasilitas pengolahan bahan makanan, transport, dan penyimpanannya.
c. Perlua adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilih makanannya, sehingga pola konsumsi pangan dapat diarahkan agar sesuai dengan persyaratan gizi.
Kebijaksanaan pangan dan gizi dapat merupakan program-program khusus seperti (Suhardjo 1989):
a. Distribusi bahan makanan yang bernilai gizi tinggi atau dengan memberi subsidi kepada kelompok masyarakat tertentu.
b. Melaksanakan program-program social untuk sebagian kecil masyarakat
c. Program pemberian makanan tambahan untuk golongan rawan atau golongan khusus seperti bayi, wanita, menyusui, dan buruh-buruh perkebunan atau industry. Selain itu mereka dapat diberikan motivasi melalui program penyuluhan gizi.
Langkah-langkah pokok perencanaan
Menurut Suhardjo 1989 pada setiap proses perencanaan setidak-tidaknya terdapat empat langkah pokok yang harus dilalui. Dalam hal ini sebaiknya tidak dikacaukan penggunaan kata-kata perencanaan (planing) dan rencana (plan). Istilah “Planing” dimaksudkan sebagai proses perencanaannya, sedangkan “plan” merupakan hasil atau produksi dari perencanaan. Langkah-langkah yang diambil dalam menyusun rencana adalah (a) penilaian situasi kini, (b) penetapan tujuan dan sasaran, (c) penyusunan strategi program, (d) pentahapan pelaksanaan.
Konsumsi dan Sistem Ketahanan Pangan
Faktor demografi dan social ekonomi sangat menentukan perubahan konsumsi pangan. Keadaan persediaan pangan dapat diketahui dengan metode Neraca Bahan Makanan. Kelebihan metode NBM adalah (Suhardjo 1989):
a. dapat menggambarkan imbangan antara persediaan pangan dihubungkan dengan kebutuhan yang seharusnya dipenuhi. Dapat dibandingkan terhadap konsumsi pangan yang nyata dari data survey konsumsi pangan.
b. Bila persediaan total energy yang dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan tidak banyak berbeda, maka diduga tidak terdapat masalah kekurangan gizi yang serius bila distribusinya merata. Namun demikian bila persediaannya jauh lebih rendah dari perkiraan kebutuhan, maka dapat menyebabkan masalah kekurangan gizi berat. Demikian halnya dengan protein.
c. secara mudah dapat menggambarkan perkiraan persediaan zat gizi dari berbagai kelompok jenis pangan, khususnya energy, protein, dan lemak. Namun kekurangan vitamin dan mineral tidak tergambar dari NBM.
d. Sangat berarti sebagai alat komunikasi diantara ahli-ahli gizi, pertanian, dan ekonomi.
Permasalahan dari aspek konsumsi diawali dengan suatu keadaan dimana masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi terhadap bahan pangan beras. Berdasarkan data tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras sekitar 134 kg per kapita (Nugroho 2009).
Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu bahan pangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya : tingkat pengetahuan masyarakat tersebut terhadap bahan pangan atau makanan yang dikonsumsi dan pendapatan masyarakat. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bahan pangan juga sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat tersebut. Apabila suatu masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bahan pangan yang sehat, bergizi, dan aman untuk dikonsumsi. Maka masyarakat tersebut tentunya akan lebih seksama dalam menentukan pola konsumsi makanan mereka. Selain itu, pendapatan masyarakat sangat berpengaruh di dalam menentukan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan data dari BPS mengenai hubungan antara skor pola pangan harapan (PPH) suatu masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. Terdapat hubungan positif dianta keduanya, yakni semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula pola pangan harapan masyarakat tersebut (Nugroho 2009).
Perencanaan Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH
PPH adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi, baik secara absolute maupun relative terhadap total energi yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan dan gizi baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya. Semakin tinggi skor PPH, maka ketahanan pangan semakin kuat dan menu makin beragam, bergizi, dan berimbang (Hotman 2009)
Nilai PPH tertinggi yaitu 100 yang berarti bahwa pangan yang ada baik ketersediaan atau konsumsi sudah beragam, bergizi dan berimbang, serta sangat tahan pangan. Jika dalam analisis ketersediaan atau konsumsi nilai PPH kurang dari 90 maka dapat dikatakan kurang beragam, hal ini dapat diatasi dengan peningkatan produksi atau peningkatan impor pangan yang nilai PPH-nya masih rendah serta diversifikasi pangan (Retnaningsih 2009).
Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Latar belakang pengupayaan diversifikasi pangan adalah melihat potensi negara kita yang sangat besar dalam sumber daya hayati. Indonesia memiliki berbagai macam sumber bahan pangan hayati terutama yang berbasis karbohidrat. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik bahan pangan lokal yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Diversifikasi pangan juga merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap satu jenis bahan pangan yakni beras.nugroho 2009

Suhardjo. 1989. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bogor: UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya Informasi-IPB


Nugroho Galih. 2009. Meningkatkan Ketahanan Pangan Indonesia Berbasis Sumber Daya Lokal. http://nugrohogalih.wordpress.com (16 Desember 2009).
Hotman Manurung. 2009. Ketahanan Pangan dan Pola Pangan Harapan. http://www.hariansumutpos.com (16 Desember 2009).
Retnaningsih F. 2007. Pola Pangan Harapan. http://konsultasi-gizi-fibry.ning.com/profiles/blogs/pola-pangan-harapan
(19 Desember 2009)

Selengkapnya....

Jumat, 09 Oktober 2009

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup.

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.


Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak.

Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.

Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan energi....

Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.

Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)

Bukan Diabetes Pra Diabetes Diabetes
Puasa <> 126
Sewaktu <> 200

Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang, terutama pada jantung dan sistem peredaran darah selama pra-diabetes ini. Dengan pre-diabetes, anda akan memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung. Saat Anda menderita diabetes, maka risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali.


Akan tetapi, pada beberapa orang yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan untuk menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan pra-diabetes dapat muncul pada orang-orang dengan umur dan ras yang beragam, tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko lebih tinggi.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih.

Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).

Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

Dua tipe Diabetes

Diabetes Mellitus tipe 1= Timbul tiba-tiba dan Berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum
Diabetes Mellitus tipe 2 = Tidak ada gejala selama beberapa tahun. Jika insulin berkurang semakin parah maka sering berkemih dan sering merasa haus dan Jarang terjadi ketoasidosis.

Pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain.

Sumber untuk energi dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.

Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.

Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius.

Penderita diabetes tipe 2 bisa tidak menunjukkan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis.

Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian meningkat.

Kini, jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin bertambah. Tidak hanya orang tua, remaja dan dewasa muda pun ternyata juga diserang penyakit gula.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 tercatat hampir 200 juta orang di dunia menderita diabetes dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah penderita bisa mencapai sekitar 330 juta jiwa.

Sementara di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO pada tahun 2003 tercatat lebih dari 13 juta penderita diabetes, dari jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 20 juta penderita pada tahun 2030.

Peningkatan prevalensi DM menunjukkan pentingnya upaya pencegahan. DM timbul karena faktor keturunan dan perilaku. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan itu berjalan lambat, sedangkan pandemi DM saat ini merupakan cerminan perubahan gaya hidup.

Faktor keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang berolahraga dan asupan gizi yang berlebihan serta kegemukan merupakan faktor yang dapat diperbaiki.

Tidak diragukan bahwa gizi merupakan faktor yang penting untuk timbulnya DM tipe-2. Gaya hidup yang kebarat-baratan dan hidup santai serta panjangnya angka harapan hidup merupakan faktor yang meningkatkan prevalensi DM.

Selengkapnya....