Gizi dan pembangunan ekonomi
Manfaat program gizi adalah penghematan biaya kesehatan dan pengobatan. Manfaat lainya adalah berkurangnya kehilangan produktifitas karena kelemahan buruh atau pekerja yang mengalami gizi kurang. Program – program gizi diasmping memberikan manfaat prokdutifitas secara langsung, memberikan pula keuntungan sebagai berikut (Suhardjo 1989):
a. Menunkan angka kesakitan penduduk
b. Meningkatkan pendapatan penduduk
c. Meningkatkan kesehatan dan kemampuan ibu-ibu dalam kegiatan ekonomi serta meningkatkan kualitasnya dalam memeluihara anak-anak
d. Meningkatan kemampuan sumber daya manusia pada umumya.
Faktor – Faktor yang Berpengaruh Pada Masalah Gizi
Menurut Suhardjo, 1989 masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya faktor yang berpengaruh juga saling berkaitan satu dengan faktor lain. Faktor – faktor tersebut dapat dekelompokan dalam 3 bidang yaitu : a .produksi pangan, b. distribusi pangan, c. pemanfaatan pangan.
Menurut Nugroho 2009 terdapat empat aspek yang mempengaruhi ketahanan pangan yaitu : aspek produksi dan ketersediaan, aspek distribusi, aspek konsumsi, dan aspek kemiskinan.
Permasalahan aspek produksi diawali dengan...
ketidakcukupan produksi bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi pangan yang relatif lebih lambat dari pertumbuhan permintaannya. Permasalahan ini akan berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan. Ketersediaan bahan pangan bagi penduduk akan semakin terbatas akibat kesenjangan yang terjadi antara produksi dan permintaan (Nugroho 2009).
Permasalahan di dalam aspek distribusi adalah distribusi pangan dari daerah sentra produksi ke konsumen di suatu wilayah. Distribusi adalah suatu proses pengangkutan bahan pangan dari suatu tempat ke tempat lain, biasanya dari produsen ke konsumen (Nugroho 2009).
Permasalahan dari aspek konsumsi diawali dengan suatu keadaan dimana masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi terhadap bahan pangan beras (Nugroho 2009).
Aspek kemiskinan dikaitkan dengan tingkat pendapatan masyarakat yang dibawah rata-rata sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Tidak tercukupi pemenuhan kebutuhan masyarakat dikarenan daya beli masyarakat yang rendah juga akan mempengaruhi tidak terpenuhinya status gizi masyarakat. Tidak terpenuhinya status gizi masyarakat akan berdampak pada tingkat produktivitas masyarakat Indonesia yang rendah. Status gizi yang rendah juga berpengaruh pada tingkat kecerdasan generasi muda suatu bangsa. Oleh karena itu daptlah kita lihat dari tahun ke tahun kemiskinan yang dikaitkan dengan tingkat perekonomian, daya beli, dan pendapatan masyarakat yang rendah sangat berpengaruh terhadap stabilitas ketahanan pangan di Indonesia (Nugroho 2009).
Faktor Pertanian
Masalah yang sering dihadapi tentang kekurangan pangan adalah kecendrungan para petani beralih ke tanaman perdagangan dan pada saat yang bersamaan jumlah penduduk semakin meningkat. Dalam beberapa dasawarsa belakakangan ini lahan pertanian dunia telah berkembang, namun demikian kebanyakan dari lahan tersebut tergolong sulit untuk diusahakan tanpa adanya biaya produksi yang berarti. selain itu karena pertambahan penduduk yang sangat cepat, lahan pertanian manjadi lebih kecil. Guna menangani masalah produksi pertanian ini maka perlu beberapa hal pokok mendapatkan perhatian lebih yaitu mencakup (Suhardjo 1989):
a. Cara-cara budiadaya pertaniannyang lebih produktif
b. Perbaikan mutu lahan
c. Merubah pemanfaatan lahan untuk produksi pangan yang lebih menguntung kan
d. Menciptakan pola pertanaman yang lebih efisien dan produktif
e. Penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil pertaniann yang memadai
f. Maningkatkan perangsang berproduksi
g. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan peatni untuk berproduksi
Faktor Ekonomi
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, sekitar dua pertiganya. Para perencana pembangunan ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan perbaikan taraf ekonomi maka tingkat gizi penduduknya pun akan meningkat. Oleh karena itu perbaikan gizi dapat dianggap sebagai alat maupun sebagai sasaran pembangunan (Suhardjo 1989).
Faktor Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat intraksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya.
Dasar- Dasar Kebijakan Pangan dan Gizi
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan program untuk menigkatkan panagan dan gizi yang lebih baik antara lain (Suhardjo 1989):
a. Hasil produksi pertanian dan pembelian jenis bahan makanan (import) merupakan dasar yang menentukan tingkat penyedian pangan dan gizi
b. Variasi jenis makanan yang dikonsumsi terutama tergantung pada variasi dan komposisi hasil produksi pertanian setempat. Konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh pertambahan penduduk sehingga memaksa adanya perluasan dan perbaikan system pemasaran pangan dan fasilitas-fasilitas pengolahan bahan makanan, transport, dan penyimpanannya.
c. Perlua adanya penyuluhan untuk meningkatkan pengertian tentang kebutuhan gizi dan adanya tindakan-tindakan yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi konsumen dalam memilih makanannya, sehingga pola konsumsi pangan dapat diarahkan agar sesuai dengan persyaratan gizi.
Kebijaksanaan pangan dan gizi dapat merupakan program-program khusus seperti (Suhardjo 1989):
a. Distribusi bahan makanan yang bernilai gizi tinggi atau dengan memberi subsidi kepada kelompok masyarakat tertentu.
b. Melaksanakan program-program social untuk sebagian kecil masyarakat
c. Program pemberian makanan tambahan untuk golongan rawan atau golongan khusus seperti bayi, wanita, menyusui, dan buruh-buruh perkebunan atau industry. Selain itu mereka dapat diberikan motivasi melalui program penyuluhan gizi.
Langkah-langkah pokok perencanaan
Menurut Suhardjo 1989 pada setiap proses perencanaan setidak-tidaknya terdapat empat langkah pokok yang harus dilalui. Dalam hal ini sebaiknya tidak dikacaukan penggunaan kata-kata perencanaan (planing) dan rencana (plan). Istilah “Planing” dimaksudkan sebagai proses perencanaannya, sedangkan “plan” merupakan hasil atau produksi dari perencanaan. Langkah-langkah yang diambil dalam menyusun rencana adalah (a) penilaian situasi kini, (b) penetapan tujuan dan sasaran, (c) penyusunan strategi program, (d) pentahapan pelaksanaan.
Konsumsi dan Sistem Ketahanan Pangan
Faktor demografi dan social ekonomi sangat menentukan perubahan konsumsi pangan. Keadaan persediaan pangan dapat diketahui dengan metode Neraca Bahan Makanan. Kelebihan metode NBM adalah (Suhardjo 1989):
a. dapat menggambarkan imbangan antara persediaan pangan dihubungkan dengan kebutuhan yang seharusnya dipenuhi. Dapat dibandingkan terhadap konsumsi pangan yang nyata dari data survey konsumsi pangan.
b. Bila persediaan total energy yang dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan tidak banyak berbeda, maka diduga tidak terdapat masalah kekurangan gizi yang serius bila distribusinya merata. Namun demikian bila persediaannya jauh lebih rendah dari perkiraan kebutuhan, maka dapat menyebabkan masalah kekurangan gizi berat. Demikian halnya dengan protein.
c. secara mudah dapat menggambarkan perkiraan persediaan zat gizi dari berbagai kelompok jenis pangan, khususnya energy, protein, dan lemak. Namun kekurangan vitamin dan mineral tidak tergambar dari NBM.
d. Sangat berarti sebagai alat komunikasi diantara ahli-ahli gizi, pertanian, dan ekonomi.
Permasalahan dari aspek konsumsi diawali dengan suatu keadaan dimana masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi terhadap bahan pangan beras. Berdasarkan data tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras sekitar 134 kg per kapita (Nugroho 2009).
Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu bahan pangan sangat dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya : tingkat pengetahuan masyarakat tersebut terhadap bahan pangan atau makanan yang dikonsumsi dan pendapatan masyarakat. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap bahan pangan juga sangat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat tersebut. Apabila suatu masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bahan pangan yang sehat, bergizi, dan aman untuk dikonsumsi. Maka masyarakat tersebut tentunya akan lebih seksama dalam menentukan pola konsumsi makanan mereka. Selain itu, pendapatan masyarakat sangat berpengaruh di dalam menentukan pola konsumsi masyarakat. Berdasarkan data dari BPS mengenai hubungan antara skor pola pangan harapan (PPH) suatu masyarakat dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan. Terdapat hubungan positif dianta keduanya, yakni semakin tinggi tingkat pengeluaran per kapita per bulan suatu masyarakat maka akan semakin tinggi pula pola pangan harapan masyarakat tersebut (Nugroho 2009).
Perencanaan Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH
PPH adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi, baik secara absolute maupun relative terhadap total energi yang mampu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan dan gizi baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya. Semakin tinggi skor PPH, maka ketahanan pangan semakin kuat dan menu makin beragam, bergizi, dan berimbang (Hotman 2009)
Nilai PPH tertinggi yaitu 100 yang berarti bahwa pangan yang ada baik ketersediaan atau konsumsi sudah beragam, bergizi dan berimbang, serta sangat tahan pangan. Jika dalam analisis ketersediaan atau konsumsi nilai PPH kurang dari 90 maka dapat dikatakan kurang beragam, hal ini dapat diatasi dengan peningkatan produksi atau peningkatan impor pangan yang nilai PPH-nya masih rendah serta diversifikasi pangan (Retnaningsih 2009).
Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya semakin beragam. Latar belakang pengupayaan diversifikasi pangan adalah melihat potensi negara kita yang sangat besar dalam sumber daya hayati. Indonesia memiliki berbagai macam sumber bahan pangan hayati terutama yang berbasis karbohidrat. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik bahan pangan lokal yang sangat berbeda dengan daerah lainnya. Diversifikasi pangan juga merupakan solusi untuk mengatasi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap satu jenis bahan pangan yakni beras.nugroho 2009
Suhardjo. 1989. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bogor: UPT Produksi Media Informasi Lembaga Sumberdaya Informasi-IPB
Nugroho Galih. 2009. Meningkatkan Ketahanan Pangan Indonesia Berbasis Sumber Daya Lokal. http://nugrohogalih.wordpress.com (16 Desember 2009).
Hotman Manurung. 2009. Ketahanan Pangan dan Pola Pangan Harapan. http://www.hariansumutpos.com (16 Desember 2009).
Retnaningsih F. 2007. Pola Pangan Harapan. http://konsultasi-gizi-fibry.ning.com/profiles/blogs/pola-pangan-harapan
(19 Desember 2009)
Selengkapnya....